Kamis, 23 Desember 2010


aku tidak tahu persis apa yang direncanakan Tuhan untukku dengan menghadirkan rasa yang begitu perih ini. yang kutahu Tuhan itu Maha adil. tapi belum dapat kumengerti keadilan apa atas sakit yang teramat ini. dua kali aku mulai belajar untuk menitipkan hatiku, dua kali pula Tuhan mengambilnya dengan cara yang sama pula. betapa sakitnya aku mengenang ini. sangat sakit. maka kini kupertanyakan apa salah bila aku merindukan orang yang Tuhan sangat kasihi? aku minta maaf Tuhan bila aku merindukan orang yang sangat kau kasihi sampai kau ambil secepat ini dariku. bahkan sebelum ia harus tahu isi hatiku.
kini, ketika aku harus membuka mata dan menyadari dia tak lagi berdiri di sana, betapa inginnya aku mempersalahkan waktu yang membuatku menyadari rasa setelah dia berlalu. rasanya ingin menyalahkan diri sendiri yang tidak pernah bisa mengatakan iya ketika kau meminta. sekarang menyesal pun sudah tak bermakna apapun.
bila orang lantas mengatakan harapan selalu ada, tapi kini kurasa pijar harapanku sudah padam. aku dalam masa kegelapan.
saat ini aku hanya ingin sendiri, menikmati sakitku yang ditinggal olehnya yang telah membumi. meratapi bodohku yang tidak pernah bisa mengatakan iya aku mau. Tuhan, bila kau takdirrkan aku untuk terus sendiri, aku mohon agar Kau tidak pernah mengirimi orang yang kembali dapat membuka luka lamaku bahkan semakin membuatnya melebar. cukup ini saja Tuhan. cukup dua kali kurasakan sakit yang seperti ini.

untukmu yang telah melayang.
kutitipkan satu salam dalam setiap doa yang antar.