Rabu, 29 September 2010

puisi yang bagus dan baik

orang-orang selalu bertanya tentang bagaimana puisi yang baik dan benar. ini bukan pendapat saya semata ya, tetapi pada dasarnya semua puisi yang dibuat oleh seorang sastrawan itu tetap baik dan bagus.
mengapa demikian???
jelas jawabannya karena ada yang disebut sebagai licentia poetika.
kalau muncul pertanyaan apa itu licentia poetica? nah itu bukan semacam judul lagu dari negara yang nun jauh di sana, tetapi licentia poetica adalah kebebasan seorang pengarang dalam menciptakan keryanya. jadi orang lain bahkan dunia lain yang ada di luar pengarang tidak bisa menginterpretasi pengarang dalam menciptakan karyanya.
jadi jangan salahkan pengarang yang mengatakan batu itu berbentuk kotak, karena siapa tahu di bentuk kotak itu dalam tafsiran pengarang memiliki makna yang begitu dalam.
nah kalau pembaca yang budiman tidak percaya mengenai makna licentia poetica berikut saya kutipkan pengertiannya di kamus istilah sastra.

licentia poetica gaya sebagai pilihan dapat dihubungkan dengan kesewenangan atau kebebasan seorang pengarang. (Laelasari dan Nurlailah, 2008: 150)

nah para ahli dalam puisi saja masih memegang erat licentia poetica, mereka bebas akan membuat puisinya menjadi apa saja. kenapa kita lantas yang menjadi paranoid ketika membuat puisi? takut salahlah, takut tidak baguslah...
jadi teruslah berkarya untuk membangkitkan sastra Indonesia....

nah untuk memberi semangat saya cantumkan puisi karya saya sendiri yang yah perlu banyak masukanlah:

Epitaf Cinta di Makam Pujangga

Kubaca epitafmu wahai pujangga
Mengembalikan ingatanku pada rentetan sejarah tentangmu
Tentang elegiku
Elegi kering hati yang terasing

Takdir membelenggu dinding pelangiku
Pada abu yang begitu kelabu
Kau yang membisu kemudian berlalu
Membiarkanku hidup di antara tidur dan terjaga
Membiarkanku menjadi seonggok pasir
yang larut ketika ombak tergelincir
Kau pernah mengajariku menjadi karang
yang tegar ketika ombak menggarang
Namun aku masih tak kuasa
Karena kau memudarkan dinding pelangiku

Dan bila kata melantunkan aroma nafas surga
Namun rasa di sepanjang kenanganku adalah rintisan hawa neraka
Biarkan aku mengenangmu
Pada senyum yang kau cadarkan di wajahmu
Pada tawa yang membentuk jejakmu
Biarkan aku mengingatmu
Sebagaimana api mengingat asapnya
Sebagimana hujan mengingat mendungnya

Kubaca lagi epitafmu
Dan entah sejarah yang mana lagi yang akan menyeretku
Kutahu hidup terus melaju
Dan berakhir pada sebuah batu bisu
Sepertimu, pujanggaku

jadi, tunggu apa lagi, move on dari kata takut puisi buatan sendiri jelek, karena pada dasarnya tidak ada puisi yang jelek, semuanya bagus....kan ada licentia poetica.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar